.....Musibah Situ Gintung.....
Musibah sudah terjadi, kita harus menerima dengan sabar dan tabah menerima ujian yang ada. Cobaan harus kita terima dengan ikhlas dan kita harus bangkit dengan jiwa tetap optimis…Amiinnn..
Belum hilang dari ingatan kita, beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan musibah tsunami yang terjadi di Aceh. Musibah yang maha besar yang telah memporak-porandakan kota Aceh dan sekitarnya. Disaat kita sudah sedikit melupakan bahkan mungkin sengaja dilupakan, tiba-tiba kita dikejutkan lagi dengan berita adanya musibah lagi. Musibah yang hampir sama dengan kejadian tsunami, suatu musibah yang datangnya secara mendadak dan tanpa ada siapapun yang tau bakal terjadinya musibah.
Disaat warga terlelap dalam mimpi, tiba-tiba air telah menghanyutkan mereka. Tidak ada persiapan apapun, mungkin juga tidak ada firasat, secara mendadak mereka sudah berada di genangan air. Benar-benar bukan sebuah mimpi, tapi kenyataan yang harus mereka terima.
Jumat dini hari Situ Gintung jebol. Tanggul yang selama ini menjadi pembatas antara situ dan permukiman penduduk ambruk.
Situ Gintung menelan korban yang jumlahnya tidak sedikit. Puluhan korban meninggal, puluhan korban luka dan puluhan korban hilang belum ditemukan. Semua kehilangan sanak saudara, kehilangan tempat tinggal dan kerugian-kerugian sudah tak terhitung jumlahnya.
Situ Gintung mendadak jadi bahan berita dan bahan pembicaraan dimana-mana. Selama ini Situ Gintung mungkin hanya dikenal oleh penduduk sekitar atau mereka yang pernah lewat dan mengunjungi Situ Gintung.
Musibah Situ Gunung telah mengingatkan kita untuk sadar dan mawas diri bahwa kekuatan alam jangan dianggap remeh dan enteng. Terutama bagi pemerintah selaku penanggungjawab. Apalagi saat ini semuanya pada sibuk dengan membanggakan diri berkampanye berteriak demi rakyat.
Paling tidak adanya musibah ini dapat menjadi “pesan moral” bagi para calon anggota wakil takyat kita dan para calon pemimpin-pemimpin kita. Bagaimana mengantisipasi dan mencari solusi terbaik terhadap kemungkinan datangnya musibah dan mencegah terjadinya musibah (baca=kalau terjadi karena factor kelalaian manusia). Jangan hanya asal teriak musibah karena factor alam yang kurang bersahabat.
Pasca jebolnya Situ Gunung meninggalkan pekerjaan rumah yang tidak sedikit bagi pemerintah. Sementara bagi kita dengan jebolnya Situ Gunung juga meninggalkan beberapa pertanyaan kepada pemerintah, yang seharusnya pertanyaan itu tidak perlu dipertanyakan!?!?
Apakah pemerintah lupa dengan keberadaan waduk Situ Gunung? Apakah pemerintah tidak mampu untuk mengelola waduk? Apakah waduk tidak masuk dalam rencana pembangunan? Apakah waduk Situ Gunung bukan sesuatu yang menguntungkan secara pembangunan ke depan? Atau apakah waduk Situ Gunung kurang menguntungkan “secara pribadi” bagi oknum-oknum tertentu? Tapi yang jelas pemerintah tidak mau mendengar keluhan dari rakyatnya?
Menurut informasi yang ada, disebutkan bahwa warga disekitar sudah seringkali mengingatkan kepada pemerintah tentang kondisi Situ Gunung. Warga “ngeluh” tentang bahaya yang sewaktu-waktu bisa datang dan mengancam nasib mereka akibat dari kondisi Situ Gunung. Belum lagi dari factor umur bangunan situ, yang sudah tua karena dibangun sejak jaman Belanda.
Kita sebagai orang awam otomatis bingung, sebenarnya sih apa yang dikerjakan oleh pemerintah kita selama ini?
Katanya perencanaan sudah disusun dengan baik dan benar dengan refrensi yang menurut mereka benar. Berbagai studi sudah dilaksanakan untuk mendukung perencanaan dan kepentingan pembangunan. Bahkan studi banding ke berbagai Negara yang menurut mereka layak untuk dijadikan bahan perbandingan sudah dilaksanakan dengan biaya yang jumlahnya tidak sedikit.
Tapi apa hasil yang didapat dari mereka?!?! Apa hasil dari studi dan perencanaan yang sudah dibuat? Dimanakah perencanaan itu berada?
Semua akhirnya berujung-ujung hanya berupa wujud setumpuk laporan yang tidak berguna. Setumpuk laporan yang isinya kita tidak tahu apakah bener atau salah? Setumpuk laporan yang ketika diaplikasikan akan sesuai apa tidak dengan kondisi alam kita? Atau setumpuk laporan yang hanya untuk menghabiskan anggaran?????
Kembali ke musibah yang terjadi dengan Situ Gunung, apakah kita layak hanya saling tuding, saling menyalahkan siapa yang seharusnya bertanggungjawab terhadap musibah yang terjadi. Tanggungjawab siapa yang harus “menanganin” korban yang jumlahnya tidak sedikit. Tanggungjawab terhadap kerugian material yang sudah timbul. Tanggungjawab siapa yang akan melaksanakan pembangunan pasca musibah. Dan sebuah tanggungjawab “kesalahan” yang sudah terjadi selama ini?????
Kalau dalam hal penanganan korban bisa saja tanggungjawab ditanggung bersama. Atau juga bisa saja (seolah-olah) melepas tanggungjawab seperti kalimat yang dilontarkan para pejabat yang kita lihat di tayangan televise. Tapi kalau menyangkut kesalahan yang berakibat munculnya musibah siapa yang akan bertanggungjawab? Dan alasan apa yang akan muncul sehingga seolah-olah bisa lepas dari tanggungjawab??!! Dan siapa yang akan menjadi “kambing hitam” dari timbulnya musibah Situ Gunung???????
Musibah tsunami yang terjadi dia Aceh mungkin benar-benar karena factor alam. Musibah banjir di beberapa daerah bisa saja pemerintah kita berdalih, dengan alasan yang sengaja dibuat-buat bahwa banjir terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. Tapi kalau musibah di Situ Gintung apalagi yang akan dijadikan alasan oleh pemerintah kita? Apakah musibah yang terjadi di Situ Gunung, pemerintah kita juga akan memberikan alasan karena factor alam juga.
Memang jebolnya Situ Gunung karena factor alam yang dalam hal ini air yang menjadi penyebab utama. Tapi kita juga jangan lupa bahwa kondisi waduk yang sudah memprihatinkan, juga menjadi salah satu factor terjadinya musibah.
Janganlah kita selalu menyalahkan alam yang kurang bersahabat!!!
Tapi kita yang tidak mau bersahabat dengan alam!!!
Alam akan menjadi sahabat kita, kalau kita bisa memperlakukan alam dengan baik dan bijaksana!!!!
Dan InsyaAllah musibah ini mungkin juga tidak terjadi kalau pemerintah tanggap dengan laporan-laporan yang sering dilontarkan para warga. Atau kalaupun musibah ini harus terjadi, paling tidak bisa diantisipasi lebih dini. Sehingga korban dan kerugian yang mungkin timbul bisa diminimalkan.
Label: Situ Gintung, Waduk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar